Senin, 09 November 2015

Sebuah Kenangan Lama

Hari ini aku melihatmu kembali. Tidak ada yang berbeda kecuali rambutmu yang mulai memanjang. Begitu banyak kata yang ingin aku sampaikan, tapi yang terucap hanya..
"Hai.."
Kamu tersenyum. Dengan senyuman yang sangat aku kenal. Bahkan mungkin aku sudah merindukannya sejak lama.
"Apa kabar?" Aku dengar kamu tak membalas sapaan ku. Dan menggantikannya dengan pertanyaan standar.
"Baik.." Aku merasa teramat baik. Apa lagi saat pagi ini aku kembali bisa menikmati senyummu.
Beberapa saat kita sama-sama terdiam. Bingung harus berbuat apa. Aku masih berharap kamu memulai percakapan kembali. Padahal akulah penyebab keheningan ini terjadi.(Hei, aku hanya menjawab pertanyaannya seperlunya. Salahkah?) Tapi kemudian aku memutuskan untuk pergi. Toh buat apa lama-lama berdiam diri disini.
"Aku kesana dulu ya." Aku lihat ada kekecewaan diraut wajahnya. Entahlah, mungkin hanya perasaanku saja.
Aku terus berjalan dengan kepala yang penuh akan pertanyaan. Aku memang  tak ahli merangkai kata jika ada didekatmu. Pada langkah ke dua belas, (ya aku menghitung langkahku) aku sempatkan melihat kembali ke arahmu. Ternyata kamu sudah tak ada ditempat semula.
Jadi raut kecewa itu hanya perasaanku saja. Yang sebenarnya akulah yang menampakan raut kecewa kini. Ah sudahlah, lebih baik aku bertemu dengan teman-temanku yang lain saja.

****

Namanya Adrian Naufaldo. Aku baru mengenalnya saat aku naik ke kelas 12. Sebelumnya, aku sama sekali belum pernah melihat dia. Entah, mungkin aku yang terlalu kuper atau memang dia sosok yang misterius. Saat di kelas, Adrian jarang sekali bermain bersama anak kelas yang lain (ternyata dia memang misterius), dia lebih memilih untuk membaca buku atau sekedar mendengarkan musik di handphone-nya. Hanya sesekali dia terlihat bersenang-senang dengan teman sekelas. Dia memiliki wajah yang cukup manis, kulitnya yang lumayan gelap menambah kemanisannya. Oiya satu lagi, dia memiliki senyum yang menawan dan cukup menyihir (mungkin aku terlalu berlebihan).
"Hai Sandra.." (Tunggu.. Siapa yang menyapaku?) Kepala ku mengikuti arah suara berasal.
"Ee.. ha.. i.. Adrian. Ada apa?" Terbata-bata aku menjawab sapaannya. Aku tidak menyangka kalau sosok yang sedang aku pikirkan tiba-tiba menyapaku.
"Tidak. Hanya ingin menyapa." Seraya pergi dan menyunggingkan senyumannya.
"Oooh.." Bingung harus menjawab apa. Aku lihat pungungnya mulai menjauh.
Tunggu. Tapi kenapa aku masih saja mengingat senyumannya? Bahkan kini aku ikut tersenyum (sudah aku bilang, senyumannya itu menyihir). Jangan bilang kalau... Aku... Jatuh cinta padanya...

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar